Labels

Ajaib (105) Akhir Zaman (12) Akuntansi (1) Alam (344) Aneh (896) Anime (19) Asal Usul (175) Cerita (73) Cewek (73) Cowok (37) Design (143) Download (7) Ekonomi (28) Fakta (2345) Fenomena (80) fotografi (74) Games (4) Geografi (53) Gila (92) GO Green (58) Hebat (669) Hewan (262) Ilusi (11) Indah (268) Indonesia (197) informasi (3209) Inspirasi (126) Kamus (2) Kecantikan (79) kesehatan (607) Langka (58) lifestyle (232) Love (3) Lucu (156) Makanan (115) Mantap (448) Menakjubkan (1400) Misteri (64) Mitos (39) Movie (1) Otomotif (59) Parfum (2) Puzzle (19) Rapture (2) Relationship (81) Renungan (27) Resensi (3) Resep (3) Science (190) Seni (93) Serba 10 (442) Sport (99) Teknologi (391) Tips (768) Travel (101) Trik (471) Unik (1072) Wallpapers (1)

Wednesday, March 30, 2011

Mengenal Lebih Dekat Hiu Paus di Nabire, Papua

Banyak yang menganggap ikan terbesar di dunia adalah ikan paus. Salah. Bahkan paus bukanlah ikan. Hiu paus (whale shark, Rhincodon typus) adalah spesies ikan terbesar di dunia. Spesies ini bisa mencapai panjang 12.65 meter. Walau masih satu keluarga dengan hiu putih besar (great white shark) yang terkenal ganas, perilaku hiu paus sangat berkebalikan.

Dengan ukuran sebesar bis kota, bagaimana rasanya berenang dan bermain dengan ikan-ikan ini di habitatnya, laut lepas?

Di ujung timur laut Indonesia, tepatnya di perairan Teluk Cendrawasih, Nabire, Papue, ada sebuah lokasi dimana hiu paus sering muncul ke permukaan. Uniknya, mereka muncul di sekitar bagan (rumah terapung tempat menangkap ikan) yang banyak berebaran di sekitar Tanjung Kwatisore, daratan terdekat dari lokasi ikan-ikan raksasa ini sering muncul.

Ketika muncul, mereka sering bergerombol hingga enam ekor. Ikan-ikan ini biasa muncul pagi dan sore hari saat mencari makan. Nampaknya, mereka sudah terbiasa mencari makan di sekitar bagan. Apalagi pengelola bagan sering berbaik hati 'memberi makan' ikan puri (ikan kecil seperti ikan teri) yang tidak laku dijual. Ya, kontras dengan ukurannya, makanan ikan-ikan raksasa ini adalah plankton dan ikan-ikan kecil.

Cara makannya pun unik. Ketika melihat kumpulan plankton atau ikan kecil, mulutnya terbuka lebar. Rongga mulutnya luas, mungkin bisa dimasuki empat manusia. Tapi tidak terlihat sedikitpun gigi di dalamnya. Yang ada adalah sederetan filter memenuhi kedua sisi rongga mulut untuk menyaring plankton dan ikan-ikan kecil. Mereka akan melakukan ritual makan ini berkali-kali. Dengan gerakan yang anggun (baca: lambat) sangat menyenangkan berada dekat ikan-ikan ini. Siapkan kamera. Tidak perlu menyelam. Asal bisa tahan napas dengan baik, kita bisa mengambil posisi untuk mengabadikan momen ketika ikan raksasa ini membuka mulutnya. Hanya saja, hati-hati. Walau tidak berbahaya, kibasan sirip belakangnya bisa jadi tamparan yang keras di badan.

Untuk menuju tempat munculnya ikan-ikan raksasa ini, kita bisa menyewa kapal-kapal nelayan yang ada di sekitar Pantai Maf, Nabire. Tidak semua pemilik kapal tahu lokasi dan kenal dengan pengelola bagan. Salah satu pemilik kapal kenal baik adalah Bapak Guntur Yamban, salah seorang motorist dari keluarga Yamban yang punya beberapa kapal.

Hari itu, 21 Oktober 2010, kami mengunjungi bagan sudah terlalu siang. Sempat berharap cemas, akhirnya tiga ekor hiu paus muncul ke permukaan. Kurang lebih satu setengah jam saya bermain dengan raksasa ini. Puas. Itulah perasaan saya. Berenang dan bermain dengan para raksasa ini adalah salah satu cita-cita saya dari perjalanan ke Papua ini.


Saat meninggalkan bagan, seekor hiu paus kembali naik ke permukaan. Mengajak kembali bermain. Sayang kami harus segera berpindah tempat karena hari sudah semakin sore. Ia begitu berharap kami kembali turun hingga siripnya dibiarkan muncul ke permukaan. Saat itulah saya melihat sebuah gurat bekas sayatan benda tajam di bagian atas tubuhnya. Menurut Bapak Nasrullah, salah seorang pengelola bagan, ikan-ikan ini memang terlalu baik sampai kadang mengira kapal sebagai manusia. Jadilah kulit tebal mereka tergurat atau tersayat ujung atau baling-baling kapal.

Miris. Hewan yang begitu besar dan begitu ramah tapi begitu terancam hidupnya. Untunglah Pak Guntur sudah mematikan mesinnya, sebelum mendekat dan setelah agak jauh dari bagan. Setidaknya, itulah yang bisa kami lakukan untuk membiarkan ikan terbesar di dunia ini tetap nyaman berada di habitatnya.

http://rullyvaradita.blogspot.com/2011/03/mengenal-lebih-dekat-hiu-paus-di-nabire.html

No comments:

Post a Comment

Related Posts with Thumbnails

Entri Populer