Labels

Ajaib (105) Akhir Zaman (12) Akuntansi (1) Alam (344) Aneh (896) Anime (19) Asal Usul (175) Cerita (73) Cewek (73) Cowok (37) Design (143) Download (7) Ekonomi (28) Fakta (2345) Fenomena (80) fotografi (74) Games (4) Geografi (53) Gila (92) GO Green (58) Hebat (669) Hewan (262) Ilusi (11) Indah (268) Indonesia (197) informasi (3209) Inspirasi (126) Kamus (2) Kecantikan (79) kesehatan (607) Langka (58) lifestyle (232) Love (3) Lucu (156) Makanan (115) Mantap (448) Menakjubkan (1400) Misteri (64) Mitos (39) Movie (1) Otomotif (59) Parfum (2) Puzzle (19) Rapture (2) Relationship (81) Renungan (27) Resensi (3) Resep (3) Science (190) Seni (93) Serba 10 (442) Sport (99) Teknologi (391) Tips (768) Travel (101) Trik (471) Unik (1072) Wallpapers (1)

Wednesday, August 25, 2010

Benarkah Cuaca bisa Mempengaruhi Emosi?



Apakah Anda sering mengalami gejolak emosi mendadak seperti mudah menangis, tersinggung, sedih atau marah? Selain pengaruh hormonal, Anda mungkin mengidap Seasonal Affective Disorder (SAD).

Itu adalah jenis depresi klinis, yang mengikuti pola musiman. Cuaca memainkan peran besar dalam menentukan suasana hati. Beberapa orang mengalami perubahan mood serius seiring perubahan musim.

Seperti dikutip dari laman Times of India, Psikolog Klinis Seema Hingorrany mengatakan, gangguan ini umumnya terjadi di musim dingin atau hujan. "Beberapa ahli berpikir bahwa itu terjadi karena kurangnya sinar matahari selama musim dingin," katanya.

Kurangnya paparan sinar matahari berhubungan dengan rendahnya tingkat melatonin dan serotonin, dua neurotransmiter di otak. Serotonin memiliki efek menenangkan pada seseorang. Perubahan musim juga memicu pergeseran jam biologis internal akibat perubahan pola sinar matahari.

Seperti bentuk penyakit depresi pada umumnya, SAD memiliki sejumlah tingkat keparahan. Banyak pasien bisa sangat sehat selama musim semi dan musim panas, tetapi menjadi sangat lemah selama musim dingin. "Ini tentu menimbulkan masalah dalam pekerjaan dan kehidupan keluarga," kata Seema.

Psikiater Dr Jyoti Sangle menambahkan, gejala yang ditimbulkan biasanya berupa, perasaan putus asa, tak berdaya, tak berharga, cemas, kehilangan energi, penarikan sosial, oversleeping, hilangnya minat dalam aktivitas, dan perubahan nafsu makan. Efek selanjutnya, sulit berkonsentrasi, lemah dalam pengolahan informasi, dan lekas marah.

Psikolog Lesung Shah mengatakan bahwa penyebab spesifik dari gangguan ini masih belum diketahui. Yang pasti, gangguan ini dapat menimpa orang dewasa, remaja dan anak-anak. Sekitar 6 dari 100 orang mengalami SAD. Banyak faktor yang mempengaruhi, termasuk genetik.

Mengobatinya tak terlalu sulit. Berusaha mendapat paparan sinar matahari yang cukup, terutama di pagi hari, adalah obat terbaik. Selain itu, tetap bersosialisasi, mengonsumsi makanan diet seimbang, serta melakukan olahraga teratur, juga dapat membantu Anda terhindar dari SAD. Jalan-jalan akan membantu mengurangi gejala. (VivaNews)

No comments:

Post a Comment

Related Posts with Thumbnails

Entri Populer