Labels

Ajaib (105) Akhir Zaman (12) Akuntansi (1) Alam (344) Aneh (896) Anime (19) Asal Usul (175) Cerita (73) Cewek (73) Cowok (37) Design (143) Download (7) Ekonomi (28) Fakta (2345) Fenomena (80) fotografi (74) Games (4) Geografi (53) Gila (92) GO Green (58) Hebat (669) Hewan (262) Ilusi (11) Indah (268) Indonesia (197) informasi (3209) Inspirasi (126) Kamus (2) Kecantikan (79) kesehatan (607) Langka (58) lifestyle (232) Love (3) Lucu (156) Makanan (115) Mantap (448) Menakjubkan (1400) Misteri (64) Mitos (39) Movie (1) Otomotif (59) Parfum (2) Puzzle (19) Rapture (2) Relationship (81) Renungan (27) Resensi (3) Resep (3) Science (190) Seni (93) Serba 10 (442) Sport (99) Teknologi (391) Tips (768) Travel (101) Trik (471) Unik (1072) Wallpapers (1)

Friday, July 22, 2011

Pengalaman Menjadi Siamang

Saat pertama kali mendengar ada sebuah tempat di tengah hutan di mana Anda bisa meluncur antarpohon dan tinggal di rumah-rumah di atas pohon, saya betul-betul tidak percaya. Saya pikir itu hanya sekadar dongeng. Saya membayangkan hanya akan diberi peta lalu dibiarkan tersesat di tengah kawasan Segitiga Emas seperti di novel The Beach karya Alex Garland. Semua itu terwujud lewat The Gibbon Experience.



The Gibbon Experience terletak di provinsi Bokeo di Laos utara. Sebenarnya ini adalah sebuah proyek konservasi yang memungkinkan pengunjung melihat hutan hujan tropis dari atas. Dengan sistem tali-temali yang saling terhubung dan rumah pohon, para pengunjung bisa menjelajahi hutan untuk melihat sebuah spesies yang nyaris punah, siamang (Nomascus concolor lu). Baru pada 1997, siamang ditemukan lagi di kawasan tersebut. Tujuan utama proyek ini adalah untuk melindungi alam Bokeo sambil mengumpulkan dana konservasi dan mengurangi angka kemiskinan.

Laos utara bukanlah tempat yang bisa Anda tuju dengan cepat. Setelah perjalanan singkat menggunakan Lao Airlines, kami sampai di Huay Xai. Ayam pun bisa dengan tenang mematuk rumput di landasan pesawat. Inilah pedesaan Asia yang sebenarnya. Melihat empat orang lokal dengan kulit kemerahan turun dari pickup sambil tersenyum membuat saya sadar, 48 jam selanjutnya akan penuh dengan kotoran, lumpur, keringat dan rasa lega.

Saat mobil kami melewati debu, kami semakin paham betapa pentingnya proyek ini. Lumpur digali, bukit pun terbelah demi membangun jalan di kawasan tersebut. Laos sedang dibuka untuk dunia, dan salah satu alam liar di Asia Tenggara tengah terancam atas nama integrasi regional.

Setelah tiga jam perjalanan dan beberapa jam trekking, kami pun sampai. Proyek ini berawal dari serangkaian rumah pohon yang hanya bisa diakses dengan jaringan tali-temali. Rumah pohon milik kami memiliki empat tingkat, penuh dengan makanan, keperluan sehari-hari, toilet yang unik, dan sebotol lao lao untuk meramaikan malam hari.

Setelah mendapat pelajaran singkat keamanan dan tur sekitar lokasi, kami pun ditinggal sendiri. Hidup kini kami bergantung pada jaringan tali-temali penghubung.

Cukup sekali atau dua kali melompat dari pinggir bukit, Anda pun akan mahir menggunakan tali-temali ini. Semakin lama, Anda akan meluncur semakin cepat karena dorongan angin. Titik di kejauhan itu adalah rumah baru Anda. Bunyi saat Anda meluncur terdengar seperti sebuah pesawat datang. Anda melihat ke sekitar, asal jangan ke bawah, hutan tropis pun terbentang di hadapan.

Rasanya seperti dalam sebuah film dan Anda tidak akan percaya apa yang ada di sekitar. Pikiran seolah melayang keluar dari tubuh dan Anda mempertanyakan, benarkah itu hutan di bawah kaki? Selanjutnya apa? Mungkin Anda mengharapkan latar biru, atau pemandangan yang berubah, tapi kini tidak ada foto seharga $10, bahwa inilah pengalaman sebenarnya dan Anda sedang tergantung tinggi. Anda tengah berada di ketinggian melebihi puncak piramida Cheops di Mesir.

Tanpa sadar, Anda sudah menghabiskan seharian terbiasa dengan gaya hidup di atas pohon. Turis-turis yang awalnya malu-malu kini sudah terdengar saling berteriak, "Go, Stop, Clear" berlanjut dengan suara meluncur yang menggema di sekitar perbukitan.

Dari atas kanopi, Anda bisa melihat luasnya area hutan yang akan Anda lindungi. Tak ada manusia lain yang terlihat sampai berkilometer-kilometer, hijau tanpa batas. Meski begitu, hewan-hewan di hutan melihat tambahan penghuni baru dengan rasa ingin tahu.




Pada malam hari, mungkin Anda akan khawatir terjatuh saat tidur. Wajar jika Anda merasa tak nyaman mendengar bunyi-bunyi pohon berjatuhan ke arah pondokan yang tingginya beberapa ratus meter dari tanah. Pohon jatuh, cabang patah, dan semua bunyi-bunyi lain membuat Anda sadar, hutan ternyata seperti mendengarkan album Meatloaf daripada ketenangan Swan Lake. Tapi sebenarnya ini masih cukup sunyi. Sampai beberapa waktu lalu, area ini masih aktif sebagai tempat beroperasinya para penjerat hewan (bahkan kepala polisi lokal pun masih suka menebang pohon untuk kegunaan pribadi) dan kehidupan liar di sini masih belum pulih.

Apakah Gibbon Experience betul-betul bisa melindungi masa depan hutan, masih harus dibuktikan. Tapi ini adalah proyek ambisius. Selama tinggal di sana, kami tidak mendengar seekor siamang pun, meski itu tak terlalu penting. Tinggal di atas pohon betul-betul sebuah pengalaman unik dan Anda merasa kembali seperti anak kecil. Dan untuk pertama kalinya, Anda yakin tidak merusak tempat yang Anda datangi. Buat mereka yang ingin kabur dari iklan-iklan tur monoton di Chiang Mai, inilah proyek dan tur yang Anda cari.

Untuk informasi lebih lanjut, lihat situs Gibbon Experience.

No comments:

Post a Comment

Related Posts with Thumbnails

Entri Populer