Labels

Ajaib (105) Akhir Zaman (12) Akuntansi (1) Alam (344) Aneh (896) Anime (19) Asal Usul (175) Cerita (73) Cewek (73) Cowok (37) Design (143) Download (7) Ekonomi (28) Fakta (2345) Fenomena (80) fotografi (74) Games (4) Geografi (53) Gila (92) GO Green (58) Hebat (669) Hewan (262) Ilusi (11) Indah (268) Indonesia (197) informasi (3209) Inspirasi (126) Kamus (2) Kecantikan (79) kesehatan (607) Langka (58) lifestyle (232) Love (3) Lucu (156) Makanan (115) Mantap (448) Menakjubkan (1400) Misteri (64) Mitos (39) Movie (1) Otomotif (59) Parfum (2) Puzzle (19) Rapture (2) Relationship (81) Renungan (27) Resensi (3) Resep (3) Science (190) Seni (93) Serba 10 (442) Sport (99) Teknologi (391) Tips (768) Travel (101) Trik (471) Unik (1072) Wallpapers (1)

Saturday, August 7, 2010

Mengungkap Hubungan Otak dengan Suara, Bau dan Kenangan

Pemandangan, suara dan bau dapat membangkitkan kenangan emosional. Jurnal Science edisi 6 Agustus 2010 mempublikasikan sebuah studi baru pada tikus yang menunjukkan mengapa bagian otak yang sama bertanggung jawab atas pengolahan indra manusia untuk menyimpan kenangan emosional. Misalnya, bau kalkun bisa membuat anda tersenyum karena mengingatkan Anda kepada Thanksgiving. Sedangkan suara bor bisa membuat rasa ketakutan pada diri anda, karena berhubungan dengan kunjungan terakhir anda ke dokter gigi.

Peneliti studi Benedetto Sacchetti, dari National Institute of Neuroscience di Turin, Italia menyatakan bahwa sebelumnya para ilmuwan belum menganggap semua wilayah otak sensorik mempunyai peranan penting bagi kenangan emosional. Sementara itu temuan baru ini merupakan langkah awal bagi para peneliti untuk menyarankan daerah otak indra ini mungkin memainkan peranan penting dalam ketakutan dan gangguan kecemasan tertentu. Misalnya, tidak berfungsinya daerah-daerah otak yang bisa membuat seseorang sulit untuk membedakan antara pemandangan, suara dan rangsangan lain sehingga seharusnya tidak perlu merasa ketakutan dan cemas.

Korteks sensorik menerima dan menafsirkan sinyal dari mata, hidung, telinga, mulut dan kulit. Korteks sensorik dibagi menjadi korteks primer dan korteks sekunder . Korteks sensorik sekunder bertanggung jawab untuk memproses informasi yang lebih komplek (stimulus) seperti membedakan antara nada musik yang berbeda.

Dalam percobaan pertama ini, Sacchetti dan kawan-kawan melatih tikus untuk mengasosiasikan suara dengan sengatan listrik. Hewan-hewan terlatih tersebut akan membeku setelah mendengar suara. Sebulan kemudian, para peneliti membuat luka pada otak (korteks pendengaran sekunder) beberapa tikus. Hal ini dimaksudkan untuk mengganggu wilayah otak yang bertanggung jawab terhadap pengolahan suara.

Tikus-tikus yang mengalami perlakuan dilukai lebih jarang membeku daripada yang tidak dilukai. Hal ini memberikan indikasi kalau tikus yang dilukai mengalami kesulitan mengingat memori ketakutan dari beberapa waktu yang lalu. Ini menunjukkan informasi sensorik yaitu sebuah bunyi tertentu yang merupakan gabungan dari informasi emosional dan memori ketakutan yang disimpan dalam korteks pendengaran. Hal ini memungkinkan suara memperoleh makna emosional.

Para peneliti melihat hasil yang sama pada tikus dengan luka di beberapa bagian otak yang bertanggung jawab dalam menafsirkan pemandangan dan bau, korteks visual dan penciuman. Dalam percobaan tersebut, tikus dilatih untuk takut terhadap lampu berkedip dan bau cuka. Dalam semua eksperimen ini, tikus dengan luka masih mampu membentuk kenangan ketakutan yang baru. Hal ini menunjukkan bahwa korteks sensorik diperlukan untuk penyimpanan, tapi tidak menciptakan ingatan emosional.

Selanjutnya para peneliti menunjukkan bahwa pendengaran, penciuman korteks visual dan setiap penyimpanan memori berkaitan dengan rasa yang dihasilkan. Pelukaan di korteks olfaktorius tidak mencegah tikus terlatih untuk mengingat adanya hubungan suara dengan memori ketakutan. Bahkan eksperimen menunjukkan bahwa korteks sensorik menyimpan informasi khusus berupa arti emosional suara dan bau..

Tikus-tikus sempat terkejut ketika pertama kali mendengar suara, tanpa memperhatikan apakah itu terkait dengan peristiwa menakutkan. Pada akhirnya, dalam proses yang disebut “pembiasaan”, tikus-tikus menjadi terbiasa dengan hal itu. Tim ingin mengetahui apakah sensor kenangan yang tidak melibatkan rasa takut masih disimpan di korteks sekunder.

Jadi Tim membiasakan tikus-tikus terhadap sebuah suara tanpa sengatan listrik. Satu bulan kemudian, pelukaan korteks sekunder dilakukan pada semuatikus untuk mengetahui pengaruhnya terhadap semua inderanya. Tikus-tikus yang mengalami pelukaan masih tidak terkejut setelah mendengar suara. Kemungkinan korteks sekunder hanya menyimpan kenangan jika ada rangsangan yang terkait dengan emosi. Indra kenangan ini harus disimpan di wilayah otak yang lain.

Para peneliti mencatat korteks sekunder bukanlah satu-satunya daerah otak yang terlibat dalam penyimpanan kenangan emosi yang terikat dengan indra. Daerah otak lainnya seperti amigdala diduga memainkan peran penting juga dalam pengolahan takut.

Protected by Copyscape Web Plagiarism Scanner

No comments:

Post a Comment

Related Posts with Thumbnails

Entri Populer