Dalam kurun waktu 17 tahun sejak 1998, Google banyak menciptakan 
inovasi yang ditasbihkan sebagai pelopor peradaban teknologi. Kini, 
raksasa tersebut secara mendadak mengumumkan berdirinya induk perusahaan
 baru bernama "Alphabet".
Langkah progresif ini tentu bukan hasil pemikiran sehari dua hari. 
Dalam surat pendirian Google, CEO Google (kini CEO Alphabet) Larry Page 
dan co-founder Google (kini Presiden Alphabet) Sergey Brinn 
menuliskan, "Google bukanlah perusahaan konvensional. Kami tidak ingin 
menjadi satu".
Untuk menjelaskan lebih detil terkait alasan Google harus punya 
"ibu", analis Christina Warren dan Seth Fiegermen membuat analisis yang 
dituangkan dalam beberapa poin penting berikut ini, sebagaimana 
dilaporkan Mashable dan dihimpun KompasTekno, Selasa (11/8/2015)
1. Mempertahankan kemapanan Google dan mengelola inovasi di Alphabet.
Sejak didirikan pertama kali pada 1998, silsilah Google mengakar ke 
berbagai lini. Dari mesin pencari, layanan berbagi video (YouTube), 
sistem operasi mobile (Android) penyedia akses internet (Fiber), hingga ke proyek-proyek "Internet of Things", seperti Nest dan X Lab.
Dengan beragam pengembangan tersebut, tiap unit bisnis Google tak 
lagi bisa dikelola dalam satu payung. Bisnis-bisnis yang sudah mapan 
atau tengah menuju kemapanan seperti Search, Advertising, Maps, Apps, 
YouTube dan Android, tentu membutuhkan "kepala" yang tahu betul 
memelihara kemapanan tersebut.
Karena itu, Page dan Brinn menunjuk Kepala Divisi Produk Google 
Sundar Pichai sebagai CEO baru Google. Dalam keterangan resmi di blog 
Google, Page mengatakan bahwa Pichai adalah talenta yang dibutuhkan 
untuk memajukan Google.
"Saya merasa sangat beruntung memiliki Sundar untuk menjalankan 
bisnis Google yang kami persempit. Ini juga memberi kesempatan bagi saya
 dan Sergey untuk melanjutkan aspirasi-aspirasi kami dengan skala yang 
lebih besar (melalui Alphabet)," Page menjelaskan.
Intinya, Google membutuhkan perusahaan dan CEO baru untuk tetap 
berinovasi di dalam ceruk dan lahan yang sudah digariskan oleh pendiri 
Google. Sedangkan Alphabet dibutuhkan oleh proyek-proyek berskala besar 
(Calico, Nest, Fiber, X Lab, Ventures, dan Capital) untuk penanganan 
yang lebih fokus.
"Sebagai tambahan, dengan struktur baru ini kami akan 
mengimplementasikan segmen laporan kuartal empat. Di mana keuangan 
Google akan terpisah dengan Alphabet secara keseluruhan," kata Page.
2. Mempertahankan talenta-talenta Google sebelum dibajak perusahaan lain.
Tak mudah bekerja di Google. Terlebih untuk bersaing dan menduduki 
posisi strategis. Jika berhasil unjuk gigi, perusahaan teknologi lain 
akan pasang mata dan trik untuk membajak talenta tersebut.
Uber, SoftBank dan Dropbox adalah beberapa perusahaan yang telah 
mencomot beberapa petinggi Google. Padahal, kehebatan pegawai Google tak
 lepas dari hasil didikan raksasa teknologi ini selama bertahun-tahun.
Dengan bisnis baru, Google dan Alphabet harus mengkaji ulang struktur
 perusahaan. Bakal ada divisi-divisi yang ditambahkan dan 
pimpinan-pimpinan baru yang dibutuhkan.
Artinya, berbondong-bondong pegawai Google akan menjabati 
posisi-posisi menjanjikan. Perusahaan lain pun akan lebih susah merayu 
pegawai-pegawai Google kompeten untuk "berkhianat".
3. Proses akuisisi yang lebih jelas.
Google 
tengah gencar mengakuisisi bisnis-bisnis bernilai miliaran dollar AS 
untuk membesarkan bisnisnya. Beberapa perusahaan mahal yang telah 
diakuisisi adalah Motorola Mobility dan Nest.
Untuk bejibun proses akuisisi tersebut, akan lebih mudah melalui 
Alphabet ketimbang Google. Lagi-lagi ini soal kemapanan perusahaan dan 
identitas "mesin pencari" Google.
Perusahaan-perusahaan yang diakuisisi Google cenderung pada satu 
titik ingin memisahkan diri kembali setelah beberapa periode berada di 
bawah naungan Google. 
Perusahaan sebesar Google, dengan keunikan
 identitas yang dimiliki, secara sistem akan memiliki dominasi kuat 
untuk mengekang independensi perusahaan yang diakuisisi. Sebab, Google 
harus membesarkan usahanya sekaligus mempertahankan identitas "mesin 
pencari" yang dikenakannya. 
Hal ini berbeda dengan konsep 
Alphabet. Induk perusahaan yang masih bayi ini akan lebih ramah dengan 
perusahaan akuisisi. Struktur Alphabet yang membawahi proyek-proyek 
dengan skala lebih besar dan luas lebih menjanjikan 
perusahaan-perusahaan akuisisi untuk tetap berada pada jalur 
independensinya.
4. Meregangkan kecemasan regulator
Selama 
bertahun-tahun, Google banyak bergesekan dengan pemerintah karena 
praktik bisnisnya. Yakni terkait kemampuan mengumpulkan informasi 
masyarakat dan kebijakan privasi yang diusung.
Uni Eropa beberapa kali bersitegang dengan Google. Menurut Uni Eropa,
 informasi seseorang dengan mudah diakses oleh orang lain dengan 
kurangnya pengetatan keamanan privasi Google.
Informasi masyarakat juga dituding kerap digunakan oleh Google 
sendiri untuk kepentingan pengembangan bisnisnya. Pemerintah tampaknya 
cemas jika Google menjadi jauh lebih besar dari hari ini sebagai satu 
entitas utuh.
Dengan kehadiran Alphabet, Page meredakan kekhawatiran tersebut. 
"Alphabet akan memiliki proses pengembangan yang independen di bawah 
naungan perusahaan kami," katanya. 
Artinya, pengguna Google tak 
akan dilibatkan dalam pengembangan langsung Alphabet. Kebesaran Google 
juga belum berarti kebesaran Alphabet. Namun tetap saja, perusahaan baru
 dengan otak Google, kebesaran mana yang diragukan?
     
                                        
             
        
http://tekno.kompas.com/read/2015/08/11/12464877/Ini.Alasan.Google.Butuh.Induk.Bernama.Alphabet?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Ktswp