ROMA, KOMPAS.com - Bangunan tua berusia 2.000 tahun di situs arkeologi Pompei, kota di zaman Romawi kuno, roboh pada hari Sabtu (6/11). Dahulu bangunan itu biasa dipakai oleh para gladiator untuk berlatih sebelum bertarung dan berperang. Pompei adalah salah satu obyek turisme terpadat di Italia.
Ketika kejadian, situs arkeologi Pompei, termasuk bangunan tersebut, masih tutup, belum dibuka untuk umum. Kantor pengawas situs menuturkan, bangunan gladiator yang dalam bahasa Latin disebut Schola Armaturarum Juvenis Pompeiani itu roboh pada pukul 06.30 waktu setempat. Tidak ada orang yang terluka.
Sebutan gladiator berasal dari bahasa Latin gladiatores yang berarti ”ahli perang” atau ”orang yang menggunakan pedang”. Selain berperang melawan musuh, gladiator juga sering bertarung untuk mendapatkan tokoh yang kuat sebagai pemimpin perang.
Bangunan para gladiator (house of gladiators) yang runtuh itu terletak di jalan utama Pompei. Beberapa pejabat menjelaskan, bangunan itu sejak lama tak boleh didekati. Turis atau pengunjung cukup mengamati dari jarak pandang tertentu. Para pejabat itu pun tidak pernah mengira jika bangunan akan segera roboh.
Bangunan pernah dikuasai gladiator terhebat di zaman Romawi kuno, yakni Marcus Fronto Lucretius. Belum diketahui secara pasti apa penyebab robohnya bangunan tua itu. Namun, kantor berita AFP melaporkan, bangunan runtuh menyusul ”hujan lebat dalam beberapa hari terakhir dan restorasi sedang berjalan”.
Bangunan yang roboh itu terdiri dari ruang di mana para gladiator berlatih secara rutin sebelum berperang dan bertarung. Ada juga teater yang biasa digunakan untuk raja, keluarga raja, dan elite pemerintahan Romawi serta masyarakat umum menyaksikan para gladiator bertarung melawan sesamanya atau binatang buas seperti singa. Selain itu ada gudang senjata dan tempat penyimpanan baju besi.
Direktur penggalian situs arkeologi Pompei, Antonio Varone, mengatakan, para pejabat Italia sebenarnya sedang berjuang melestarikan fragmen terakhir dari Schola Armaturarum. Arkeolog dan ahli sejarah sebenarnya juga sejak lama mencemaskan kondisi bangunan gladiator karena kondisinya rusak tidak terawat.
Dua tahun lalu, pemerintah sebenarnya pernah mengumumkan keadaan darurat situs purbakala di Pompei. Meski demikian, kepedulian dalam merestorasi situs budaya bernilai historis tinggi itu sangat rendah. Padahal, Pompei salah satu andalan pariwisata Italia karena sangat diminati turis. Setidaknya ada 2,5 juta wisatawan per tahun yang mengunjungi Pompei.
Pompei adalah salah satu kota di masa Romawi kuno yang dihuni oleh sekitar 13.000 jiwa. Kota ini hancur akibat letusan Gunung Vesuvius hampir 2.000 tahun silam, yakni pada 24 Agustus 79. Letusan itu dalam sekejap telah melenyapkan dua kota, salah satunya Pompei. Kota terkubur abu vulkanik setebal 6 meter. Reruntuhan kota berhasil ditemukan setelah dimulai penggalian serius tahun 1860.
Namun, abu vulkanik yang melestarikan semua warisan perkembangan kota dan belakangan para arkeolog berhasil menyingkap informasi penting tentang kehidupan Romawi kuno. Bangunan gladiator diyakini dibangun menjelang akhir sejarah Pompei. Sebagian bangunan rusak akibat bom Perang Dunia II dan diperbaiki di akhir 1940-an.
Situs arkeologi Pompei oleh UNESCO ditetapkan sebagai warisan budaya dunia pada tahun 1997. Ketua Asosiasi Arkeolog Nasional Italia Tsao Cevoli mengkritik pemerintah lamban dan lalai melestarikan warisan budaya itu. ”Kasus ini merupakan luka yang paling dalam bagi arkeologi dunia,” katanya sambil mengingatkan nasib warisan lain, Colosseum Roma.
No comments:
Post a Comment