The Amazing Race Asia musim keempat baru bergulir dua episode. Namun Hilyani Dwiayu (Yani) dan Nadine Zamira, tim asal Indonesia, tak bisa lagi melanjutkan lomba karena sudah tereliminasi. Kecewa? Tentu saja. Apalagi jika mengingat hadiah utama sebesar 100 ribu US Dollar yang lepas dari genggaman.
Tapi ini bukan berarti petualangan Yani dan Nadine berhenti di situ saja. Banyak hal baru yang mereka dapatkan dari pengalaman singkat (namun seru) di The Amazing Race Asia.
Simak perbincangan kami dengan dua sahabat yang juga berkecimpung di dunia hiburan ini.
Bagaimana rasanya jadi tim yang pertama tereliminasi?
Nadine: Pastinya sangat kecewa, karena kami tahu sebenarnya kami bisa lebih baik dari itu. Mungkin memang belum beruntung saja. Tapi meskipun cuma bertahan dua babak, pengalaman yang kami dapat benar-benar tak terlupakan. Kesempatan yang hanya bisa didapat sekali seumur hidup. Beruntung banget kami bisa jadi salah satu dari sedikit orang yang pernah mengikuti The Amazing Race Asia. Berkat race ini juga saya dan Yani jadi bisa mengenal satu sama lain dengan lebih baik. Itu hal yang paling penting, dan memang itulah salah satu tujuan kami ikut perlombaan ini.
Yani: Perasaan saya sedih dan kecewa, bercampur jadi satu. Sejak tahun 2006 saya sudah tertarik ikut lomba ini, ternyata kami jadi peserta pertama yang tereliminasi. Kenyataan yang pahit buat saya, dan awalnya berat banget menghadapi kekalahan ini. But I am ok now.
Saya yakin bahwa kalau mobil kami nggak mogok, we would have done fine.”
Apa keunggulan dan kelemahan kalian dibanding tim dari negara lain?
Nadine: Sepanjang perlombaan, kami sering banget nyasar. Kelemahan kami adalah navigasi, dan ini membuat kami kehilangan banyak waktu. Tapi kami termasuk yang paling kompak di antara yang lain. Dalam persahabatan saya dan Yani, jarang sekali ada konflik. Jadi rintangan apapun yang menghadang, kami selalu bisa menghindari argumen. Bukan berarti nggak ada argumen sama sekali, ya. Tapi kami tahu cara mengatasinya supaya nggak mengganggu lomba. Bahkan setelah race ini kami malah jadi lebih dekat dari sebelumnya.
Yani: Kelemahan saya adalah nggak terlalu mahir membaca peta. Saya ditugaskan sebagai navigator, tapi karena nggak bisa peta, akhirnya malah jadi kacau dan nyasar terus. Kami banyak membuang-buang waktu gara-gara nyasar. Tapi dibandingkan tim lain, kekuatan kami adalah kami selalu ada dan saling mendukung satu sama lain, seberat apapun tantangannya.
Apa yang sulit dari game pertama dan kedua? Kenapa bisa sampai finish terakhir?
Nadine: Di babak pertama, semua tim masih di fase adaptasi. Semuanya masih terburu-buru dan melakukan banyak kesalahan. Itu terjadi pada semua tim, termasuk kami. Sialnya mobil yang kami tumpangi mogok saat lomba baru berjalan 10 menit. Itu benar-benar membuang banyak waktu sampai akhirnya kami dieliminasi. Kok bisa ya sampai sesial itu? Kalo nggak ada adegan mobil mogok, saya yakin posisi kami akan aman.
Yani: Sebenarnya bukan masalah susah atau gampang, tapi memang faktor keberuntungan sangat berpengaruh. Sampai saat ini saya masih yakin bahwa kalau mobil kami nggak mogok, we would have done fine.
Tim mana yang jadi jagoan kalian dan berpeluang besar untuk jadi juara?
Nadine: Waktu pertama kali datang dan bertemu dengan semua peserta, Jess dan Lani Rich dari Filipina kelihatannya berpotensi besar untuk menang. They seem fit, fast, and prepared. Tapi setelah melihat determinasi Michelle dan Claire saat mereka melahap 275 baso ayam, kayaknya mereka juga punya kesempatan untuk menang.
Yani: Menurut saya Michelle dan Claire dari Singapura yang akan menang. Udah lihat mereka belum? 275 baso ayam dilahap habis sama mereka. Gilaaa...! Hahaha.. Sebagai tim, mereka kompak banget, dan apapun tantangan yang dihadapi, mereka langsung lakukan tanpa ragu. They're in it to win it!
Tim lain dari Indonesia, Hussein dan Natasha, kemarin finish kedua terakhir. Menurut kalian, apakah mereka masih punya kesempatan untuk menang?
Nadine: Yes, definitely. Kita nggak bisa menentukan kualitas tim dari babak awal saja, karena masih fase adaptasi. Semua punya kesempatan yang sama untuk menang. Mungkin Hussein dan Natasha malah bisa mengejutkan kita. Saya yakin dengan tim Indonesia ini, soalnya mereka kelihatannya kompak banget dan Hussein punya banyak pengalaman travelling yang pastinya bisa membantu
Yani: Jangan remehkan Hussein. He is one smart old man. Hahaha... Natasha mungkin agak cengeng seperti saya, tapi tekadnya kuat banget untuk menang. So yes, I have faith in this team.
Kalian akrab nggak, dengan tim yang lain? Paling dekat dengan siapa?
Yani: Tentu saja kami akrab dengan tim yang lain. Bagaimana mungkin mereka nggak suka sama dua cewek asal Indonesia yang superfriendly ini? Hahaha... So we're proud to say we're close to everyone.
Nadine: Ini nih, salah satu yang paling hebat dari perlombaan ini: pesertanya! Orang-orang yang paling fun, menarik, enerjik, dan bersemangat, yang pernah kamu temui. Kami malah udah mulai saling mengunjungi negara masing-masing setelah lomba selesai. Saya yakin ini akan berlanjut terus. Kami punya ikatan yang kuat berkat pengalaman di lomba ini. Agak susah menentukan siapa yang paling dekat dengan kami, right now we're constantly in touch with Michelle-Claire (Singapore), Wendy-Alan (Hongkong), dan Ethan-Khairie (Malaysia).
Ceritakan pengalaman yang paling berkesan selama perlombaan ini.
Nadine: The best part is getting to do things you never imagined you would do. Saya terobsesi dengan adventure, dan race ini benar-benar memuaskan obsesi tersebut. Siapa sangka kami bisa makan 100 baso ayam, atau menyebrangi sungai berarus deras hanya dengan rakit bambu? Tapi salah satu momen terbaik kayaknya di babak pertama waktu kami tahu tak ada yang tereliminasi dan kami masih bisa bertanding.
Yani: Buat saya, the snake challenge! Hahaha.. Berkesan banget, soalnya saya nggak akan mungkin melupakan pengalaman itu seumur hidup. Senang juga bisa memperlihatkan pada orang-orang seperti apa rasanya berhadapan dengan phobia. Hahaha...
Apa yang kalian dapatkan dari The Amazing Race Asia?
Nadine: Saya jadi mengenal sahabat saya dengan lebih baik. Race ini juga membuat saya jadi lebih jatuh cinta pada travel and adventure. Travelling dan mencoba hal-hal baru sepertinya akan jadi passion saya untuk seterusnya. Dari segi karir, perlombaan ini juga membuka banyak kesempatan baru. It boosted our CV in a major way. Terakhir, saya merasa race ini bikin saya jadi lebih semangat, I feel like I can take on anything and achieve anything now!
Yani: Saya berkesempatan mengikuti perlombaan ini dengan sahabat saya, dan saya sekarang jadi tahu lebih banyak tentang dia. And yes, we are still the best of friends and I am proud to say our friendship survived the race so there is nothing that can come between our friendship.
No comments:
Post a Comment