VIVAnews -- Pergi ke Mars jadi impian manusia, terutama mereka para ahli yang suka menjelajah angkasa. Apalagi planet merah itu adalah planet yang mendekati kondisi bumi, adan sudah diincar jadi koloni manusia jika suatu saat Bumi makin rusak dan tak layak huni lagi.
Mewujudkan impian itu memang bukan pekerjaan mudah. Selain soal teknologi yang belum memadai, misi ini juga terkendala soal dana.
Untuk meminimalisasi biaya yang dikeluarkan, sejumlah ilmuwan menyarankan agar perjalanan ke Mars dilakukan sekali jalan. Artinya, begitu pergi ke sana, jangan kembali lagi ke bumi.
Para ilmuwan menyatakan, kolonialisasi Mars akan makin cepat diwujudkan dan murah jika para astronot berperilaku seperti para pemukim pertama di Amerika Serikat. Mereka tak pernah berharap bisa pulang.
Itu adalag, "Poin utama, agar eksplorasi Mars terwujud," kata Dirk Schulze-Makuch, profesor dari Washington State University yang menerbitkan artikel kontroversial, seperti dimuat Daily Mail, Rabu 17 November 2010.
Ia mengusulkan misi diawali pengiriman dua orang astronot berusia 60 tahunan yang akan terbang dalam dua pesawat berbeda -- pesawat ini juga berfungsi sebagai tempat tinggal mereka di Mars. Selanjutnya, kapal koloni dan perbekalan akan disusulkan kemudian.
Publikasi artikel ini kurang dari sebulan setelah NASA keceplosan sedang menginvestigasi kemungkinan kolonialisasi manusia di planet lain dalam proyek ambisius yang dinamakan 'Hundred Years Starship'.
Sementara, ilmuwan lain, Paul Davies, fisikawan dari Arizona State University berargumen, manusia harus mengkoloni planet lain untuk mengantisipasi malapetaka di Bumi.
"Sebaiknya yang dikirimkan orang berusia 60 tahun atau sekitar itu."
Alasannya, misi ke luar angkasa pasti akan mengurangi umurr seseorang -- baik akibat kurangnya perawatan medis maupun paparan radiasi dalam jumlah besar.
Radiasi juga dapat merusak organ reproduksi, sehingga pengiriman orang di usia subur bukanlah ide yang baik.
Sementara, untuk perjalanan sekali jalan, diperkirakan bisa memotong anggaran hingga 80 persen.
Namun, baik Davies maupun Schulze-Makuch menyatakan penting artinya untuk menyadari bahwa ini bukan 'misi bunuh diri'.
Tapi, "astronot di Mars akan tinggal di sana seumur hidupnya, menjadi pionir dari kolonialisasi manusia secara permanen di planet merah." Untuk itulah, profil psikologis astronot, termasuk intensitas komunikasi dengan Bumi jadi faktor penting.
Gagasan sekali jalan ini mendapat tentangan dari sejumlah pihak. Termasuk, mantan astronot Apolo 14, Edgar Mitchell. "Ini prematur. Kita belum siap untuk menjalani hal seperti ini."
NASA pun tak setuju dengan hal ini. "Kami ingin astronot bisa kembali ke Bumi."
No comments:
Post a Comment