Caranya adalah dengan mengamati kondisi pembuluh darah kecil di retina (biji mata), yang posisinya tampak di bagian depan bola mata. Adanya perdarahan atau kebocoran di bagian tersebut sejak lama dikaitkan dengan risiko diabetes dan hipertensi.
Sebuah penelitian di Australia mengungkap, gejala yang dikenal juga sebagai retinopathy itu ternyata berhubungan dengan mini-stroke. Seseorang yang mengalami retinopathy memiliki risiko 2-3 kali lebih besar untuk mengalami mini-stroke.
Mini-stroke merupakan penyumbatan pembuluh darah dalam area kecil di otak. Meski ringan, penyakit yang disebut juga infark otak ini dalam jangka panjang bisa memicu stroke yang sesungguhnya atau bahkan disertai kerusakan lain seperti demensia atau pikun.
Penelitian yang digagas oleh Centre for Eye Research Australia (CERA) ini tercatat terobosan penting dalam menangani mini-stroke. Sebab hingga saat ini, teknologi Magnetic Resonance Imaging (MRI) baru bisa mendeteksi kerusakan akibat mini-stroke tanpa dapat mengidentifikasi gejala awalnya.
“Mini-stroke sebenarnya merupakan peringatan awal dari kerusakan otak yang lebih parah, namun kami ingin mengetahui tanda-tandanya lebih awal lagi agar pencegahan bisa dilakukan lebih optimal,” ungkap Dr Ning Cheung dari CERA, seperti dikutip dari Ninemsn, Rabu (11/8/2010).
Menurutnya, retinopathy merupakan cara yang unik dan tidak merusak (invasif) untuk melihat kondisi kesehatan otak. Karena mudah dilakukan, ia berharap cara ini bisa membantu memaksimalkan upaya pencegahan stroke dan demensia.
detikhealth
No comments:
Post a Comment