Tiga orang siswi sekolah dasar dari Papua berhasil membuat alat detektor tsunami dan memamerkannya di acara INAICTA 2011.
Demira Yikwa, Yohana Oprawiri dan Albertina Beanal, adalah tiga siswi SD Timika Papua yang menciptakan alat pendeteksi bencana tsunami bernama Pendeteksi Tsunami.
“Alat ini kami buat bertiga pada bulan September, yang untuk perakitannya dibantu oleh kakak-kakak kami,” ujar Demira Yikwa di salah satu booth peserta INAICTA 20.
Siswi SD yang masih berusia 11 tahun tersebut menjelaskan bahwa di alat pendeteksi tsunami mereka meletakkan beberapa switch di kandang burung. Karena burung biasanya panik jika merasa akan ada bencana, maka hewan tersebut akan panik di kandang dan menabrak switch, lalu sinyal mikrokontroler dari swtich tersebut akan mengkatifkan lonceng pertanda bahaya.
“Alat ini juga menggunakan energi matahari dsebagai sumber tenaga di baterainya,” jelas Demira.
Disebutkan alasan mengapa ketiga siswi kreatif ini membuat alat peringatan tsunami. “Kami membuat ini karena di Papua tempat asal kami cukup sering terjadi bencana. Selain itu, karena dua dari kami tinggalnya di wilayah pantai,” ungkap Demira.
Saat ini ketiga bocah pembuat pendeteksi suami sedang mencari investor. “Nantinya jika sudah diproduksi akan dijual dengan dengan harga Rp1 juta.
Demira menjelaskan bahwa mereka sebelum membuat alat ini terlebih dahulu mendapat pelatihan dari Surya Institute tempat mereka belajar. “Meski alat ini belum dipraktikan secara langsung di lapangan, namun kami yakin bisa berfungsi dengan baik,” ujarnya.
Siswi SD Timika ini berharap semoga di INAICTA 2011 mereka bisa menjadi juara satu untuk kategori Robotic. “Mudah-mudahan kami bisa juara nomor satu,” pungkas Demira.
No comments:
Post a Comment