Sirkulasi udara di rumah dapat dimaksimalkan sehingga penggunaan air conditioner alias AC bisa diminimalkan. Dengan demikian, biaya listrik bisa dihemat.
Arsitek punya istilah "desain penyejukan pasif". Artinya, tanpa bantuan alat apa pun, udara di dalam ruangan tetap sejuk. Prinsipnya tak rumit: menjaga panas di luar ruangan, meningkatkan sirkulasi udara, dan meminimalkan panas yang diserap bangunan. Prinsip itu melibatkan atap, dinding, jendela, dan lantai.
Untuk daerah tropis, bentuk atap yang disarankan memiliki kemiringan dengan sudut yang besar sehingga tercipta ruang di bawah plafon. "Bahan yang cocok untuk atap adalah tanah liat, seperti genting," kata Rahma Yulianti, arsitek yang bekerja di salah satu media massa arsitektur di Indonesia. Menurut Rahma, kemampuan bahan tanah liat mengantarkan panas rendah dibandingkan asbes, seng, atau beton.
Dari segi warna, Rahma menganjurkan penggunaan warna yang baik dalam memantulkan sinar matahari. "Semakin gelap, semakin baik dalam menyerap panas," kata Rahma. "Jadi sebaiknya, gunakan warna terang," kata dia.
Elemen lain yang mendukung penyejukan ruangan dalam rumah adalah jendela dan ventilasi. Jendela utama, menurut Rahma, ditempatkan setelah mengetahui arah angin. "Arah angin secara umum dapat diketahui dengan menggantung pita di pekarangan dan lihat arahnya," jelasnya.
Diakui Rahma, sulit mengatur posisi ini karena arah rumah dan bentuk bangunan belum tentu didesain sendiri. "Tapi kalau bisa, jendela utama jangan menghadap barat karena dapat menyebabkan ruangan sangat panas di sore hari," tegasnya.
No comments:
Post a Comment