Quote:
PROLOG Kamis, 22 September 2011 TS melakukan perjalanan dari Samarinda ke Melak yang berjarak kurang lebih 340 km menggunakan angkutan Bus. Jarum jam tepat menunjukkan pukul 12.50 WITA ketika akan memasuki Kampung Resak 3 Kecamatan Bongan Kabupaten Kutai Barat, tampak fenomena menarik yang senantiasa gak pernah TS lewatkan ketika melintasi daerah tersebut. Samar-samar dari kejauhan tampak sebuah pemandangan nan indah berdiri dengan gagahnya. Itulah pegunungan Meratus, sebuah deretan pegunungan panjang yang mereflesikan keindahan alam Kalimantan. Hamparan puncak gunung Meratus saat itu seakan bersahabat menunjukkan wajahnya coz hanya bisa dipandang saat cuaca cerah gak tertutup kabut. Moment itulah yang kemudian melahirkan inspirasi TS untuk menuangkan dalam trit yang mungkin menarik untuk dikonsumsi Kaskuser. Berbekal penggalian beberapa referensi TS mencoba merangkainya menjadi sebuah tulisan singat. Semoga trit ini bisa membuat kita lebih mensyukuri keanekaragaman kekayaan alam yang dimiliki Indonesia. Selamat membaca !!! |
Quote:
GAMBARAN FISIK PEGUNUNGAN MERATUS Pegunungan Meratus merupakan kawasan hutan alami yang membentang panjang dari arah barat hingga arah timur, membentang dari arah Tenggara sampai Utara melalui 3 Provinsi yaitu Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Landscape Pegunungan Meratus berupa daerah berbukit-bukit yang sangat beragam dari sedang-terjal-sangat terjal dan beragam pula formasi ekosistem yang membentuknya. Sebagian besar kawasannya masih ditutupi oleh hutan alami, mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi yang didominasi oleh formasi hutan campuran dipterocarpaceae perbukitan bawah-atas dan hutan hujan pegunungan. Secara geografis kawasan Pegunungan Meratus terletak di antara 115°38’00" hingga 115°52’00" Bujur Timur dan 2°28’00" hingga 20°54’00" Lintang Selatan. Tak ada gambaran jelas yang pasti tentang berapa panjang dan banyaknya gunung tersebut. Begitupun luas secara pastinya, namun diperkirakan lebih dari sejuta ha. Puncak tertinggi Pegunungan Meratus terdapat di Gunung Besar yang memiliki ketinggian 1.892 meter dari permukaan laut (mdpl) ini masuk wilayah Kabupaten HST, namun jika sedikit ke arah Tenggara sudah masuk wilayah Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Spoiler for foto lainnya: |
Quote:
KEANEKARAGAMAN HAYATI Pegunungan Meratus ditetapkan pemerintah sebagai Kawasan Hutan Lindung sejak tahun 1928 dengan dikeluarkannya Gouvernement Bisluit (GB) Nomor 10 dan 11 tanggal 10 Februari 1928 oleh Gubernur Jenderal Belanda yang berkuasa di Kalimantan. Tetapi sejak tahun 1967, kawasan yang di kenal sebagai “Meratus Green Belt/sabuk hijau meratus” ini mulai dieksploitasi untuk kepentingan ekonomi. Kawasan ini tengah menghadapi ancaman serius dan sudah pada tingkat yang sangat mengkhawatirkan. Konversi lahan, fragmentasi dan alterasi habitat adalah akibat dan implikasi dari produk kebijakan yang tidak pro lingkungan dan lemahnya penegakan hukum. Ditambah lagi pemberian ijin konsesi untuk perkebunan skala besar, penambangan dan HPH semakin meningkat hingga tidak jarang berada dalam kawasan lindung dan kawasan (hak ulayat) masyarakat adat. Spoiler for kerusakan hutan Meratus: Beraneka ragam flora tumbuh di Pegunungan meratus diantaranya jenis-jenis flora yang dilindungi dan endemik seperti beberapa jenis Tengkawang (Shorea amplexicaulis, Shorea mecistopteryx, dan Shorea pinanga), beberapa jenis anggrek (Arachnis breviscapa, Calanthe crenulata, Dendrobium olivaceum, Paphiopedilum hookerae, dan Paphiopedilum supardii), 297 jenis meranti dan 22 jenis bambu. Spoiler for flora Meratus: Spoiler for anggrek Meratus: Direktur Meratus Institute, Dwi Priyatno Jatmiko, menyebutkan satwa di Pegunungan Meratus kian terancam. Di Meratus terdapat tidak kurang dari 78 jenis mamalia atau 20 persen dari total mamalia di seluruh daratan China. Sementara untuk jenis burung, Meratus menempati posisi teratas untuk seluruh Kalimantan dengan 316 spesies. Satwa lainnya, antara lain lebih dari 400 jenis serangga, 65 jenis ikan, 87 jenis reptil, dan 43 jenis amfibi. Beberapa jenis fauna yang terancam kepunahan adalah Bekantan, Macan Dahan, Beruang Madu, Owa Ungko dan berang-berang Pantai. Untuk jenis burung yang ada di Meratus, 72 jenis yang dilindungi oleh perundangan Nasional. 2 jenis yang termasuk mendekati kepunahan yaitu Betet-kelapa Filipina dan Bangau storm. Ada 7 jenis yang masuk kategori Rentan (terancam punah) yaitu; Elang Walacea, Sempidan Kalimantan, Pergam kelabu, Julang dompet, Cucak rawa, Pelanduk Kalimantan dan Tepus dada-putih. Burung endemik Kalimantan yang ada di Meratus ada 25 jenis, salah satunya adalah Sempidan Kalimantan. Spoiler for fauna terancam punah: Bekantan Beruang Madu Macan Dahan Spoiler for Burung Mendekati Kepunahan: Betet Kelapa Filipina Bangau Strom |
Quote:
MISTERI PEGUNUNGAN MERATUS Adalah seorang perwira Zei dari tentara Napoleon I, bernama George Muller mendapat tugas melakukan hubungan dengan pihak Sultan Sultan di pesisir Borneo pada tahun 1825. Muller berangkat bersama pasukan yang terdiri dari orang-orang Jawa. Misi utamanya, jika Sultan Sultan yang didatanginya tidak sejalan, maka kasultanan ini akan diperangi dan dihancurkannya hingga dapat diduduki. Akibatnya, terjadilah pertempuran sehingga pasukan George Muller hancur tercerai-berai dan berlarian memasuki hutan. Ada cerita tentang pelarian Muller yang dikejar laskar Kesultanan Kutai. Dikatakan, karena kalah Muller berlari hingga ke Gunung Meratus dan menghilang di sana. Katanya Muller dilindungi oleh pasukan kerajaan orang gaib yang berada di pegunungan Meratus tersebut. Ekspedisi Muller Cerita tentang Gunung Meratus juga diungkapkan oleh penduduk tua Suku Bukit Kalimantan Selatan Bernama Amung Tahe. Pria yang telah tinggal turun-menurun di dusun Rangit – kaki gunung Meratus menceritakan pengalaman hidupnya, ketika bertualang menjelajahi Gunung Meratus. Dusun Rangit sendiri adalah sebuah dusun yang bisa ditempuh dari daerah pedalaman Kabupaten Paser. Secara umum, masyarakat suku Bukit berdiam di belantara seputar kedua sisi Gunung Meratus. Konon, di atas puncak gunung tersebut merupakan dataran yang cukup luas. Di dataran ini ada sebuah bangunan istana tempat sang Maharaja bersemayam. Kerajaan gaib di Gunung Meratus ini tidak hanya sendiri, tetapi ada lagi kerajaan-kerajaan kecil diseputarnya, yang juga disebut kerajaan orang-orang gaib (bunian). Amung Tahe juga bercerita, kalau almarhum bapaknya yang sering bertualang memasuki daerah gunung Meratus, mengaku pernah bertemu dengan orang tinggi besar berambut coklat kemerahan dengan pakaian seperti orang barat (Belanda tempo doeloe_Red) dikawal oleh beberapa orang berseragam. Tetapi ketika diikuti orang-orang tersebut tiba-tiba menghilang tak diketahui ke mana. Menurut cerita masyarakat yang tinggal di daerah sepanjang Meratus ini mereka juga sering melihat orang Belanda dengan berpakaian tempo doeloe berjalan disertai beberapa orang berseragam lengkap dengan bedil dan pedang. Namun apabila dikejar, maka apa yang mereka lihat itu menghilang begitu saja. Konon, dari wajah dan pakaian serta tanda-tanda yang terdapat pada si orang Belanda ini ciri-cirinya sama dengan Kapten George Muller yang hilang tak tentu rimbanya itu. Kalau benar, yang dilihat itu adalah George Muller, tentunya sudah menjadi orang gaib. Ada juga yang mengatakan kalau rohnya masih penasaran dan bergentayangan di sepanjang gunung Meratus karena tewas dibunuh. Bisa juga ia tewas karena dibantai oleh masyarakat liar di pedalaman yang saat itu masih primitif. Namun yang jelas, apa yang terjadi di sepanjang Gunung Meratus, hingga kini masih penuh dengan misteri. |
Quote:
SUKU DAYAK MERATUS Suku Dayak Meratus sering juga disebut dengan Suku Bukit adalah suku asli yang mendiami pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan, karena itu suku ini lebih senang disebut Dayak Meratus, daripada "Dayak Bukit" sudah terlanjur dimaknai sebagai "orang gunung". Mereka tergolong dalam suku semi nomaden.Menurut sensus tahun 2000 populasi suku ini berjumlah 35.838 jiwa. Suku ini dapat digolongkan sebagai suku Dayak, karena mereka teguh memegang kepercayaan atau religi suku mereka. Akan tetapi religi suku ini, agak berbeda dengan suku Dayak di Kalimantan Tengah (Suku Dayak Ngaju), yang banyak menekankan ritual upacara kematian. Suku Dayak Meratus lebih menekankan upacara dalam kehidupan, seperti upacara pada proses penanaman padi atau panen, sebagaimana halnya dengan suku Kanayan di Kalimantan Barat. Suku Dayak Bukit juga tidak mengenal tradisi ngayau yang ada zaman dahulu pada kebanyakan suku Dayak. Orang-orang Dayak Meratus bertahan hidup dengan pertanian skala kecil atau pertanian sub sistem. Soal beras, orang-orang Dayak Meratus tidak pernah kekurangan. Walaupun mereka dari generasi ke generasi hanya mengandalkan ladang berpindah-pindah, menanam padi ladang, buah-buahan, dan karet lokal, mereka merasa berkecukupan. Mereka juga mendapatkan penghasilan dari “memantat”atau “noreh,” istilah lokal untuk menyadap karet. Akan tetapi harga karet yang mereka hasilkan lebih rendah karena mereka hanya mengandalkan karet lokal. Spoiler for Dayak Meratus: Upacara Adat Dayak Meratus Rumah Suku Dayak Meratus Penduduk yang tinggal di kaki Pegunungan Meratus |
Quote:
EPILOG Demikian sekilas informasi dan sekelumit visual keindahan Pegunungan Meratus. Semoga bisa lebih menyadarkan kita akan pentingnya melestarikan kekayaan alam yang diciptakan Sang Khalik. Jika manusia tetap mengedepankan keserakahannya bukan mustahil pesona keindahan Pegunungan Meratus tinggal kenangan, anak cucu kita hanya mewariskan kondisi alamnya yang korang koranting. Pegunungan Meratus kini masih menjadi misteri dan entah kapan akan terkuak. Sejuta rahasia alamnya masih tersimpan dalam kesejukan hutan berbaur dengan suasana keheningan dan instrument merdu faunanya. Terima kasih untuk Kaskuser yang berkenan meluangkan waktu beberapa menit untuk membaca trit ini. |
Quote:
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=10655120
No comments:
Post a Comment